A Blessed Family
Jika ada kata yang tepat untuk menggambarkan keluargaku, maka aku menyebut keluargaku sebagai "A Blessed Family". Lalu, kenapa saya menyebut keluarga saya terberkati? Apakah kami berkelimpahan, tidak ada masalah, selalu penuh kegembiraan canda tawa tanpa pertengkaran? Atau anak-anak kami selalu berprestasi, cantik dan menonjol? Of course Not! But we are verry Blessed Family.
Ada sebuah ayat yang sangat saya imani; "Tetapi aku dan seisi rumahku akan beribadah kepada Tuhan..." (Yosua 24:15). 9 tahun yang lalu saya dan suami mengalami masalah rumah tangga yang sangat serius. Krisis kepercayaan, hancurnya kesetiaan, kemarahan, kebencian, kemunafikan, semua yang menyangkut "Household big issues" menyerang kami tanpa ampun. Saat itu saya benar-benar berpikir, semua sudah berakhir. But God, has been so good to us. Dia menyertai kami dalam melalui proses itu dan membantu kami berhasil melewati masa-masa sulit selama bertahun-tahun.
Kemudian saya berpikir, seandainya semua masalah itu tidak pernah ada, saya tidak mungkin bisa belajar lebih baik lagi dari hari ke hari. Lebih mencintai Tuhan, lebih dekat dan terbuka dengan suami dan anak-anak, lebih bersyukur dalam segala hal dan menerima segala sesuatu dengan sukacita.
Apakah masalah kami hanya itu? No.... There are so many problems. Namun sejak itu, jatuh dan bangun, kami lalui bersama Tuhan. We bring all of our problems before God, and seek HIS plan. Dalam Mazmur 112:1-3 tertulis: "Halleluya, berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati harta dan kekayaan ada dalam rumahnya. Kebajikannya tetap untuk selamanya."
Saya merasa sangat terberkati karena suami dan anak-anak saya takut akan Tuhan, saya dan keluarga saya, kami bangga karena kami diberkati Tuhan dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Anak-anak saya bukan anak yang berprestasi, apalagi menonjol dalam hal akademis atau apapun itu seperti anak-anak lain. Tapi mereka berdua tidak pernah mengeluh akan apa yang tidak bisa mereka miliki, mereka menjalani masa anak-anak, remaja dan sekolah dengan semangat akan keyakinan bahwa hari esok pasti akan lebih baik dari hari ini, itu doa kami sekeluarga setiap malam. Mereka jarang sakit, mereka memiliki teman-teman yang baik dan memberi pengaruh yang positif. Mereka akan dengan semangat bangun ke gereja walaupun itu jam 5 pagi tanpa mengeluh. Mereka berdua akan dengan bahagia menerima apapun pemberian kami untuk mereka, sekalipun itu hanya hal-hal sederhana.
Suami saya adalah seorang polisi biasa, dengan jabatan sederhana, namun dia pekerja keras dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga dan pekerjaannya. Dia membuat kami tidak berkelebihan tapi juga tidak sampai sangat kekurangan. Dia adalah seorang suami dengan batas kesabaran yang 'tidak ada batasnya', selalu memaafkan dan sangat mengasihi kami. Saya sangat bersyukur akan hal itu. Ada banyak hal dalam hidup yang saya pelajari dari dia. Seperti berbuat baik pada orang yang menjahati kita. Sebelumnya saya merasa itu hal yang bodoh! Tapi suami saya membuat saya merubah pandangan itu, karena kemudian saya mengalami bahwa justru semua perbuatan baiknya itulah yang memberkati hidup kami sekeluarga.
Juni tahun ini Boru Panggoaran kami, Vanisa Sitompul, lulus seleksi SNBP di Universitas Indonesia, Fakultas Hukum. Bahkan ketika menulis hal ini air mata saya masih tergenang, betapa baiknya Tuhan. Apa yang sudah saya lakukan sampai DIA begitu baik pada keluarga saya? Mungkin bagi orang lain hal itu biasa, tapi bagi kami, ini adalah berkat luar biasa. Membayangkan diterima di UI tidak pernah terlintas dalam benak kami, tapi itulah yang terjadi. Terpujilah Tuhan.... Berkat ini datang di tengah berbagai pencobaan. Mulai dari kehilangan jabatan sampai adik-adik yang harus pulang karena kehilangan pekerjaan. Begitu banyak proses yang harus dilalui. Tapi bertahan dengan sabar dalam pencobaan dan tetap percaya pada rencana Tuhan membuat kami bisa melewatinya.
Ketika akan ke Jakarta, kami berencana berangkat ber-empat, sekalian cuti suami ke Medan, mengunjungi orang tuanya. Tapi semua pengajuan pinjaman kami ditolak, keadaan keuangan tidak memungkinkan, serasa tidak ada jalan keluar. Saya melewati malam-malam penuh kekhawatiran, setiap hari membatin, apa yang harus saya lakukan? Apa harus dibatalkan saja perjalanan kami, tapi apa saya mampu sendiri antar Nisa ke Jakarta? Tapi Tuhan meyakinkan saya melalui doa, Ekaristi dan dukungan keluarga.
Yesaya 40:31 "Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Yesaya 41:10 "Janganlah takut sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."
Trima kasih Tuhan, untuk kasih dan sukacita dalam keluargaku. Untuk kebaikan dan kesabaran suamiku, untuk keajaiban dalam diri anak-anakku, untuk rumah, pekerjaan, makanan, pakaian, napas kehidupan, kesehatan, kekuatan dalam menghadapi setiap pencobaan, jalan keluar untuk setiap persoalan, kedamaian yang selalu tinggal tetap dalam jiwa dan yang terpenting adalah kerinduan untuk selalu datang pada-Mu dalam setiap situasi hidupku. Tentu saja, pengantar ini hanyalah sedikit dari seluruh kisah hidup kami.
Untuk Suamiku, Briptu Herikson Sahattua Sitompul, Kanit Pidum Polres Sikka, anak pertamaku, Vanisa Intan Riama Sitompul, mahasiswi Fakultas Hukum Pidana Universitas Indonesia, putri kecilku yang tidak kecil lagi Ersa Alexandria Abigail Sitompul.
Blog ini akan berisi tentang cerita hari-hariku....









Tidak ada komentar:
Posting Komentar